Rabu, 12 Juli 2017

Akhirnya Menabungka, Menara Bung Karno yang Tingginya Dua Kali Monas


Dahulu kala bersamaan dengan pembangunan Masjid Istiqlal, Jakarta ada rencana pembangunan menara Bung Karno yang ingin didirikan di daerah Ancol. Tingginya dua kali Monas, Kalangan pers menyebutkan sebagai Menabungkan yang merupakan singkatan dari Menara Bung Karno.

Tapi pembangunan Masjid Istiqlal menjadi mangkrak lantaran pemerintah kekurangan dana. Padahal sebelumnya direncanakan jika pembangunan Istiqlal itu tidak memerlukan waktu yang lama alias harus dirampungkan. BANDAR POKER

"Pembangunan (Istiqlal-red) yang direncanakan berlangsung tak terlalu lama akan segera rampung itu, terbengkalai," sebagaimana dicuplik dari buku kembali ke Pasantren kenangan 70 tahun K.H. Achmad Sjaichu, yang ditulis Gus Dur dkk pada 1991.

Dan saat itulah penggagasan Mengebuka. Namun sayangnya, pembangunan tersebut dikecam oleh sejumlah pihak. Dan Presiden RI yang pertama itu dituduh gemar melakukan pemborosan uang negara dan banyak tuduhan lainnya. Salah satu yang bersuara keras terkait Menabungka adalah tokoj Nahdlatul Ulama (NU) yakni Achmad Sjaichu.

Pada tahun 1965, kenang Ahmad Sjaichu, ia berceramah dalam perayaan Maulid Nabi yang berlokasi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Selain itu ada pula tokoh lainnya yang diundang untuk berceramah yakni Jenderal AH Nasution (ketua MPRS). BANDARQ ONLINE

Dalam ceramah itu Sjaichu mengkritik habis rencana Bung Karno yang membangun menara tersebut. Dan sebagai alasan dikemukakan oleh Sjaichu dan intinya meminta agar penyelesaian Masjid Istiqlal segera dirampungkan, dan itu lebih mendesak dari pada pembangunan menara.

Dan keesokan harinya, Sjaichu dipanggil ke Istana dan dijemput oleh Mualif Nasution, orang dekat Bung Karno. Dalam hati Sjaichu ia menduga kuat jika Bung Karno akan marah dengan kritikan kerasnya tersebut. Begitu sampai di ruangan tengah Istana Bung Karno langsung mengacungkan tinju ke arah Sjaichu dan berkata dalam aksen Suroboyoan.

"Koen arek enom kok kurang ajar, ha!" (kamu anak muda kok kurang aja, ha!). kata Bung Karno.
Bung Karno kenal dengan anak muda itu, namanya Sjaichu anak tiri dari KH Abdul Wahab Chasbullah, Kawan dekat dari Bung Karno.
"Karepmu iki opo? (maumu ini bagaimana?)" tanya Bung Karno.

Kemudian Sjaichu menjelaskan jika pembangunan Masjid Istiqlal kekurangan dana Sebaiknya jangan dipikirkan Bung Karno seorang diri. Sebab masih banyak yang bisa membantu. Lalu bung Karno bertanya 'Siapa?'.
Sjaichu lalu menjawab jika, "Ya, mereka orang-orang muslim yang kaya raya serta para ulama. Mereka kan masih bisa diajak urun rembug. Sehingga mereka bisa diajak turut serta menanggulangi kebutuhan proyek Masjid Istiqlal ini." papar Sjaichu

Lalu Bung Karno mengerti apa yang dimaksud, dan meminta pandapat Sjaichu lagi apa yang perlu untuk dilakukan. "Sebaiknya diadakan rapat dengan mengundang para ulama dan orang-orang kaya." Dan benar, sekitar sebulan kemudian para ulama dan tokoh lainnya diundang ke Istana. Mereka diundang makan dan mendengarkan pidato Bung karno yang isinya biaya pembanguan Masjid Istiqlal itu bisa dipikul bersama-sama. DOMINOQQ TERBAIK

Dan di dalam pidato itu, Bung Karno juga meluruskan jika menabungka itu tidak satu sen pun pakai uang negara. "Boleh ditanyakan seluruhnya adalah usaha swasta. Swasta hendak mendirikan Menabungka. Malahan menurut perhitungan swasta, dalam tempo enam tahun uang itu akan kembali. Karena menabungka nanti siapa yang naik, bayar, siapa yang ke restoran bayar!" papar Soekarno.

Penjelasan bung Karno mengenai Menabunga itu termuat dalam buku revormasi Belum Selesai yang berisi kumpulan pidato Bung Karno, yang merupakan suntingan Busi Setyono dan Bonny Triyana. Dalam perjalanannya, sebagaimana yang diketahui Masjid Istiqlal pun selesai. Lalu bagaimana dengan Menabungka? Ternyata gagasan tersebut tidak jadi terlaksana karena Soekarno kenuru harus lengser.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar